Sabtu, 26 Mei 2012

Cristiano Ronaldo


Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro (CR7)
(lahir di Funchal, Madeira, Portugal, 5 Februari 1985;
"Dia Tak Pernah Melepas Bola - Dia Tidur Dengan Bola" - Kisah Sederhana Awal Karier Cristiano Ronaldo Di Madeira
kupasan buku "Ronaldo: The Obsession for Perfection". Bagian pertama menggambarkan hidup sang bintang di Madeira.
Di ujung jalan tempat si pemain sepakbola itu tinggal, terdapat sebuah halaman kosong yang dipenuhi semak belukar, lapangan sepakbola 5-a-side, dan sebuah bar. Bukan hal yang janggal ada fans yang jauh-jauh datang ke sini dan untuk sedikit euro supir taksi bersedia memberikan tur kecil ke tempat dia lahir, dibesarkan, bersekolak, kali pertama bermain sepakbola. Dalam bayangan kolektif masyarakat Portugal dia sosok yang menarik minat pengunjung ke Madeira selayaknya Winston Churchill, Ratu Elisabeth Sissi dari Austria, Raja Charles I dari Austria, George Bernard Shaw, penulis puisi Rilke, Christopher Columbus, dan Napoleon.

Madeira adalah sebuah gugus pulau di Samudera Atlantis yang berjarak 860 kilometer dari Lisbon, terdiri dari dua pulau berpenghuni, Madeira dan Porto Santo, dan tiga pulau kecil tak berpenghuni. Kepulauan ini dipuji sebagai "taman Atlantis" dan terletak di atas batu vulkanik sepanjang 57 kilometer dan selebar 22 kilometer. Pegunungan menjulang dengan ketinggian 1.862 meter dengan puncak tertinggi Pico Ruivo. Ibuota kepulauan, Funchal, berpopulasi 110 ribu jiwa.

Di tempat ini lah Cristiano lahir, pada pukul 10:20 Selasa 5 Februari di Rumah Sakit Cruz de Carvalho. Panjangnya 52 centimeter saat lahir dan beratnya hampir empat kilogram. Anak keempat pasangan Maria Dolores dos Santos dan Jose Dinis Aveiro, adik dari Hugo, Elma, dan Katia. Kehamilan Dolores tidak direncanakan dan hanya berselang 18 bulan dari Katia. Sekarang, muncul masalah dalam pemberian nama.

"Adik saya, yang sedang bekerja di panti asuhan saat itu, bilang kalau dia laki-laki kami bisa memberinya nama Cristiano," kenang Dolores. "Saya pikir itu pilihan bagus. Saya dan suami menyukai nama Ronaldo, sesuai dengan Ronald Reagan. Adik saya memilih Cristiano dan kami Ronaldo."

Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro dibaptis di gereja Santo Antonio tepat pada hari terjadinya pertandingan sepakbola. Di waktu senggang, Jose Dinis bekerja sebagai petugas perlengkapan untuk klub amatir CF Andorinha di Santo Antonio. Dia meminta kapten tim Fernao Barros Sousa untuk menjadi ayah baptis bayinya yang baru lahir. Seremoni direncanakan pukul 6 petang, setelah pertandingan Andorinha melawan Ribeiras Bravas pukul 4 sore.

Pendeta Antonio Rodriguez Rebola mulai gugup. Dia sudah selesai membaptis anak-anak lainnya dan belum ada tanda-tanda kehadiran ayah maupun ayah baptisnya. Dolores dan calon ibu baptis mulai mengelilinginya mencoba menenangkan pendeta. Akhirnya Fernao dan Dinis tiba, setengah jam terlambat, dan akhirnya seremonis bisa dilakukan.

Foto-foto pertama di album keluarga menunjukkan bayi Cristiano, dengan mata lebar menatap tepat ke arah kamera, mengenakan baju berwarna biru dan putih serta sepatu putih, dengan gelang emas di kedua pergelangan tangan, cincin emas, dan rantai salib panjang di lehernya. Begitu tumbuh besar, foto-foto memperlihatkan rambutnya menjadi sedikit ikal dan senyumnya "bolong" karena gigi depannya menghilang.

Dinis seorang tukang kebun di balai kota, sedangkan Dolores bekerja keras sebagai juru masak sehingga dia bisa memberikan makanan kepada anak-anaknya. Seperti ribuan warga Portugal lain, Dolores pernah beremigrasi ke Prancis saat berusia 20 tahun untuk menghabiskan waktu membersihkan rumah selama tiga bulan. Sang suami tadinya berniat bergabung, tapi ketika dia gagal berangkat, sang istri pulang. Mereka sudah memiliki dua anak saat itu.

Hidup tidak mudah bagi keluarga Aveiro... Tapi hari ini, Cristiano mengenang masa kecilnya dengan penuh bahagia. Saat dua tiga tahun, bermain di halaman atau jalan Lombinho, dia menemukan sahabat terbaiknya, bola sepak


Hidup tidak mudah bagi keluarga Aveiro, sulit bagi siapa pun yang tinggal jauh dari industri hotel mewah yang mengerumuni kawasan pantai. Rumah kecil itu menampung enam orang anggota keluarga dan setiap kali badai menerjang, rumah bolong-bolong di banyak tempat. Dolores mengumpulkan batu bata dan mortir dari balai kota untuk mengatasi masalah itu.

Tapi hari ini, Cristiano mengenang masa kecilnya dengan penuh bahagia. Saat dua tiga tahun, bermain di halaman atau jalan Lombinho, dia menemukan sahabat terbaiknya, bola sepak.

"Suatu Natal saya memberinya mobil-mobilan dengan remote control, berpikiran itu akan digemarinya," kenang sang ayah baptis, Fernao Sousa, "tapi dia lebih memilih bermain dengan bola. Dia tidur dengan bola, tak pernah lepas dari sisinya. Selalu ada di tangannya, ke mana pun dia pergi, bola itu bersamanya."
Saat berusia enam tahun, Cristiano mulai melangkahkan kaki di dunia sepakbola. Sepupunya Nuni bermain untuk Andorinha dan Cristiano telah beberapa kali berkunjung ke klub itu bersama sang ayah. Nuno mengajaknya datang dan bermain, kemudian bertanya apakah ingin bergabung dengan tim. Cristiano pun ikut berlatih dan memutuskan untuk mencoba menekuni sepakbola.

Dolores dan Dinis senang dengan keputusan itu karena mereka mencintai sepakbola. Dinis dan anak sulungnya, Hugo, fans Benfica, sementara Dolores mengagumi Luis Figo dan Sporting Lisbon.

Musim 1994/95, Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro yang berumur sembilan tahun memperoleh lisensi olahraga pertamanya, dengan nomor 17.182 dari asosiasi sepakbola Funchal dan menyelesaikan strip biru muda bersama Andorinha. Klub lokal itu punya sejarah panjang sejak didirikan 6 Mei 1925. Nama Andorinha merupakan bahasa Portugal untuk burung layang-layang. Berdasarkan legenda setempat, diambil ketika tendangan hebat seorang pesepakbola yang diikuti terbangnya burung layang-layang.

Guru sekolah dasar Francisco Afonso, yang mengajar kakak perempuan Cristiano, Katia, mendedikasikan 25 tahun melatih di liga yunior Madeira. Dia pelatih pertama Ronaldo dan tak pernah melupakan saat kali pertama menyaksikannya di lapangan Andorinha, saat berusia tujuh tahun.

"Sepakbola adalah seluruh hidup Cristiano," ujar Afonso. "Dia cepat, brilian secara teknik, dan mampu bermain sama baiknya dengan kaki kiri dan kanan. Dia kurus, tapi lebih tinggi daripada anak seusianya. Tanpa diragukan dia sangat berbakat, dia punya bakat alami dalam gennya. Dia selalu mengejar bola, ingin menjadi pemain yang menentukan. Dia selalu sangat fokus, berlatih sama kerasnya seperti saat bertanding. Dan setiap kali tak bisa bermain atau melewatkan pertandingan dia selalu terpukul."

Presiden klub Rui Santos menuturkan anekdot menarik tentang sebuah pertandingan di musim 1993/94. Andorinho versus Camacha, yang saat itu salah satu tim terkuat di pulau itu. Saat jeda Andorinha tertinggal 2-0 dan "Ronaldo begitu putus asa sampai dia tersedu-sedu seperti anak kecil yang mainannya baru saja disita. Di babak kedua, dia masuk lapangan dan mencetak dua gol, dan membawa kemenangan 3-2 untuk tim. Dia tidak ingin kalah. Dia ingin selalu menang dan ketika kalah dia menangis."

Dia dijuluki "si cengeng". Dia sangat mudah menangis dan marah. Kalau rekan setimnya tidak memberinya bola, kalau dia atau pemain lain gagal mencetak gol atau mengumpan, atau jika tim tidak bermain seperti yang ia inginkan


"Itu sebabnya dia dijuluki 'si cengeng'," jelas Dolores. "Dia sangat mudah menangis dan marah. Kalau rekan setimnya tidak memberinya bola, kalau dia atau pemain lain gagal mencetak gol atau mengumpan, atau jika tim tidak bermain seperti yang ia inginkan."

Julukan lain yang diperolehnya adalah "abelhinha", Si Lebah Kecil, karena dia tidak pernah berhenti berlari. Seperti lebah pekerja, dia selalu berlari zig-zag menyusuri lapangan.

"Seorang pemain seperti Ronaldo tidak muncul setiap hari," tambah Rui Santos. "Dan mendadak begitu muncul, Anda akan sadar dia seorang calon bintang. Berbeda dari kebanyakan anak lain yang Anda pernah saksikan."

Sayangnya Andorinha merupakan salah satu tim terlemah di liga dan ketika mereka menghadapi tim-tim seperti Maritimo, Camara de Lobos, atau Machico, pertandingan berjalan berat sebelah. Ronaldo sampai tidak mau bermain karena sudah tahu timnya akan kalah. Tapi ayahnya akan datang ke rumah, menghiburnya, dan membujuknya mengenakan seragam dan sepatu untuk bergabung dengan tim di lapangan.

Hanya yang lemah menyerah, dia bilang demikian. Dan itulah pelajaran yang tak pernah dilupakan Ronaldo kecil.

Anak itu tidak pernah naik pesawat, dia bahkan tidak pernah meninggalkan pulau tempat tinggalnya. Ini tantangan terberat yang harus dihadapinya dan dia begitu gugup sampai-sampai tidak bisa tidur malam sebelum berangkat.



Ayah baptisnya, Fernao Sousa, ikut menemani ke Lisbon. Itu tahun 1997, saat liburan Paskah dan Cristiano sedang menjalani ujicoba di Sporting Lisbon. Dia lebih suka bergabung dengan Benfica, tim yang dicintai ayah dan kakaknya. Tapi ibunya selalu mendukung Sporting dan dia punya firasat anaknya akan menjadi bintang seperti Luis Figo. Sporting memiliki akademi terbaik di Portugal, yang berhasil mencetak pemain sekelas Paolo Futre, Figo, dan Simao Sabrosa. Sementara pemain yang masih berkiprah adalah Joao Pinto, Ricardo Quaresma, Hugo Viana, dan Luis Nani.

Cristiano yakin bisa tampil baik di sana. Dia tahu dia punya kemampuan dan dia rasa dia bisa meyakinkan staf pelatih Sporting kalau kemampuannya memang baik. Tapi dia baru 12 tahun dan ketika datang di kompleks latihan tim taruna, suasananya menekan.

Pelatih Paulo Cardoso dan Osvaldo Silva hadir di lapangan mengamatinya bermain. Mereka tidak terkesan dengan fisik Ronaldo, dia anak kecil yang kurus kering. Tapi begitu melihatnya beraksi, ceritanya berubah. Anak kecil dari Quinta do Falcao itu mampu menahan bola dan membawanya melewati dua tiga pemain lawan. Dia anak yang tak mau kalah, tampil one man show, menipu lawan, menggiring bola, dan menyisir seluruh sisi lapangan.

"Saya melihat Osvaldo dan bilang, 'Anak ini beda, dia istimewa'," kenang Cardoso. "Dan kami bukan satu-satunya yang berpikiran demikian. Di akhir sesi latihan, semua anak mengerumuninya. Mereka tahu dia lah yang terbaik."



Staf pelatih Sporting terkesan dengan ujicoba itu. Mereka ingin menyaksikannya lagi bermain di hari berikutnya, di lapangan latihan di sebelah stadion Jose Alvalade lama. Kali ini, direktur akademi Aurelio Pereira akan hadir memantau.

"Dia berbakat, dia bisa bermain dengan dua kaki, dia sungguh sangat cepat, dan ketika dia bermain sepertinya bola merupakan bagian tubuhnya sendiri," jelas Pereira. "Tapi yang lebih mengesankan saya adalah semangatnya. Kekuatan karakternya bersinar. Dia pemberani, secara mental, dia sangat tangguh. Dia tak kenal takut, tak gentar menghadapi pemain yang lebih tua. Dia memiliki kualitas kepemimpinan yang hanya dimiliki para pemain hebat. Tipe yang langka. Ketika kembali ke ruang ganti semua anak berebutan mengobrol dengannya dan ingin mengenalnya. Dia memiliki segalanya dan jelas dia hanya akan jadi lebih baik."

Pada 17 April 1997, Paulo Cardoso dan Osvaldo Silva menyusun dokumen identifikasi Cristiano. Dokumen itu berbunyi: "Pemain dengan bakat luar biasa dan teknik istimewa. Catatan khusus adalah kemampuannya menghindar dan meliuk, dari keadaan diam maupun saat bergerak". Di sebelah kolom "rekrut" ada contengan di kolom "ya". Dia bermain sebagai gelandang tengah, atau "di lubang" sebagaimana yang diinginkan para pelatih. Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro berhasil melalui tes, dia bisa bermain untuk Sporting. Tapi pertama-tama mereka harus mencapai kesepakatan dengan Nacional da Madeira.

Dia berbakat, dia bisa bermain dengan dua kaki, dia sungguh sangat cepat, dan ketika dia bermain sepertinya bola merupakan bagian tubuhnya sendiri ... Dia pemberani, secara mental, dia sangat tangguh. Tipe yang langka.


Nacional berutang kepada Sporting €22.500 untuk Franco, pemain muda yang direkrut dari Sporting.

Transfer Cristiano menjadi kesempatan untuk membayar utang tersebut, tapi €22.500 untuk seorang bocah berusia 12 tahun adalah harga yang sangat tinggi. "Tidak pernah terjadi," jelas Simoes de Almeida, mantan pengurus Sporting. "Sporting tak pernah membayar sebesar itu untuk seorang pemain muda."

Aurelio Pereira dan pelatih lain harus berjuang meyakinkan direksi kalau mereka layak berinvestasi sebanyak itu untuk seorang bocah. Pada 28 Juni 1997, Pereira menyusun laporan baru, menambah catatan sebelumnya. "Meski kelihatan menggelikan membayar mahal untuk bocah 12 tahun, dia pemain yang sangat berbakat, terbukti selama ujicoba dan disaksikan staf pelatih. Dia akan menjadi investasi besar di masa depan."

Dia mampu menghibur penonton dan dibuktikan pada penampilan kedua untuk Sporting Lisbon, 7 Oktober 2002, di SuperLiga Portugal. Tim juara bertahan itu menjamu tim promosi Moirerense FC. Pertandingan tidak berjalan menarik.

Cristiano Ronaldo tampil untuk kali pertama sebagai pemain inti dan dengan berusia 17 tahun delapan bulan dan dua hari, dia mencetak sejarah sebagai pencetak gol termuda bagi Sporting. Golnya "monumental, megah, menakjubkan... tidak ada lagi kata sifat yang pantas untuk menggambarkan prestasi pemain muda Sporting itu," cetus komentator SportTV dengan penuh semangat.

Pada menit ke-34, Ronaldo menerima umpan tumit Tonito dari garis tengah lapangan. Dua bek dilalui dengan melakukan slalom, berlari 60 meter, dia melakukan "bicicleta" di ujung kotak untuk mengecoh satu pemain lawan, dan melepaskan tembakan terukur melewati jangkauan kiper Moreirense, Joao Ricardo, yang mencoba bergerak menutupi ruang tembak.

Cristiano membuka bajunya, memeluk rekan-rekan setim, dan berlari ke arah tribun. Pelatih Laszlo Boloni merayakannya dengan tim di bangku cadangan. Dia lah yang menempuh risiko mengubah posisi bermain Ronaldo. Risiko yang terbayar dengan manis.

Kembali ke pertandingan, pemain bernomor punggung 28 itu belum puas. Meski ada penyerang Brasil "Super Mario" Jardel, pemenang Sepatu Emas tahun sebelumnya yang baru bermain lagi setelah empat bulan cedera, Cristiano tampil sebagai pengatur serangan. Setelah mencetak gol pembuka, pemain muda itu mengantarkan kemenangan 3-0 dengan sebuah gol sundulan spektakuler. Salah satu kejadian yang mewarnai gol itu adalah pingsannya Dolores, ibu Ronaldo, di tribun. Mungkin itu merupakan bentuk kegembiraan atas penampilan putranya, tapi tak pelak sempat memicu kekhawatiran.

Hari berikutnya Ronaldo mendominasi halaman depan media Portugal dengan gol monumentalnya. Segenap jurnalis Portugal berebutan "memerah" kisahnya, dimulai dari pertandingan perdana di jalanan kawasan kumuh Madalena di Santo Antonio. Mereka mewawancarai pelatih masa kecil Ronaldo. Mereka mencoba menghubungi ayahnya. Sang ayah hanya bisa mendengar peryandingan melalui radio karena Andorinha bermain pada saat bersamaan. Dia bilang semua orang di pulau itu membicarakan sukses anaknya dan sambil bercanda mereka minta agar Ronaldo dipinjamkan ke Andorinha supaya mereka bisa menjadi juara.
Ronaldo mendominasi halaman depan media Portugal dengan gol monumentalnya ... Tidak hanya media Portugal yang tertarik dengan kelahiran bintang baru itu. Ronaldo juga memicu gelombang di seantero Eropa


Jose Dinis harus mengulang-ulang komentar kalau anaknya merupakan hasil bakat alam yang bermain siang dan malam sejak kecil. Dia harap masa depan anaknya cerah dan terus berkembang dewasa sebagai pemain maupun pribadi. Dia tidak mau menjadi terkenal hanya dengan menjadi ayah pemain bernomor 28 itu, tapi dia tidak mau ketinggalan menyaksikan langsung pertandingan berikutnya. Dia sudah membeli tiket pesawat untuk menyaksikannya di Belenenses, perjalanan pertamanya menuju Lisbon dalam enam tahun.

Tidak hanya media Portugal yang tertarik dengan kelahiran bintang baru itu. Ronaldo juga memicu gelombang di seantero Eropa, berkat gol dan namanya. Jangan lupa, saat itu Ronaldo yang "asli" (Ronaldo Nazario de Lima) baru saja membantu Brasil memenangi Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang. Ronaldo menjadi bintang turnamen dengan delapan gol. Gazzetta dello Sport bahkan sudah membahas tentang "Ronaldo baru" di halaman depan mereka.



Apa pendapat anak Madeira itu tentang perbandingan tersebut? "Saya takkan pernah berani memikirkannya. Ronaldo superstar Real Madrid, dia pemain terbaik dunia. Dia pemain favorit saya."

Penampilan Cristiano di tim inti terbilang istimewa. Dia pun mulai menjadi anak emas para suporter Sporting.

Dua pesepakbola sedang mengobrol santai di sofa. "Tuhan menurunkan saya ke Bumi untuk mengajarkan manusia bermain sepakbola," bilang Cristiano Ronaldo. "Jangan ngawur, saya tidak mengirimkan siapa pun ke Bumi," balas Lionel Messi.

Tentu saja itu lelucon yang banyak beredar secara luas. Secara tepat lelucon itu menggambarkan bagaimana fans memandang rivalitas antara pemain asal Portugal dan Argentina itu. Mereka masing-masing berusia 27 dan 24 tahun, keduanya memiliki gemerlap karier dan hasrat kemenangan yang sama, tapi gaya di dalam dan luar lapangan mereka berbeda.

"Ronaldo menerapkan teori Euclid. Jarak terdekat antara dua titik adalah garis lurus. Tidak cuma itu, Anda harus melesat sepanjang garis itu secepat mungkin sampai mencapai gol," ujar penulis asal Spanyol, Manuel Vicent, dalam El Pais.

"Messi lebih menyukai Einstein. Jarak terdekat antara dua titik selalu berupa kurva dan satu-satunya cara mencapainya adalah bergerak zig-zag tanpa terduga seperti seekor buruan yang menghindari anak panah. Ronaldo memicu gairah, sementara Messi, kekaguman." Itulah alasan keduanya dianggap sebagai dewa-dewa sepakbola modern.

Pada satu titik, Ronaldo seperti bersaing dengan dirinya sendiri. Ketika coba dibandingkan dengan Messi, dia membalas, "Saya tidak terganggu sedikit pun. Kepribadian dan gaya saya bermain sepakbola sama sekali berbeda dengannya. Saya hanya tertarik dengan cara bermain saya sendiri dan menang bersama Real Madrid." Dia bersikeras tidak merasa iri kepada Messi, tapi tidak diragukan lagi Leo seperti batu krypton untuk karakter Superman milik Cristiano. Dia seperti terobsesi dengan pemain Argentina itu, tumit Achilles-nya. Bukan kebetulan pula dari Spanyol, ke Siprus, ke Bosnia, fans lawan meneriakinya "Messi, Messi, Messi!" Mereka tahu itu akan menyinggung perasaan Cristiano.


Sudah bertahun-tahun perbandingan itu muncul. Messi dianggap sebagai saingan langsung dalam persaingan siapa yang pantas menjadi pemain terbaik dunia. Jika Cristino enggan menanggapi kecemburuannya terhadap Messi dan membantah kabar dia mencoba merusak sang rival sedikit demi sedikit, banyak yang merasa adanya ketegangan antara Cristiano dan Leo sejak dia digulingkan dari podium pemenang Ballon d'Or.

Sumber internal Real Madrid mengatakan, menyaksikan Cristiano berada di depan televisi untuk memirsa penampilan Messi merupakan pengalaman tak ternilai. Saat agen Jorge Mendes menonton bersamanya, dia mencoba menenangkan kliennya dengan mengatakan orang-orang tidak paham sepakbola karena menganggap pemain Barcelona nomor 10 itu pantas dianggap sebagai yang terbaik di dunia.

Perbandingan antara Ronaldo dan Messi terus menerus berlangsung sejak keduanya bermain di Manchester United dan Barcelona. Dimulai dari rivalitas lapangan hijau, taip kemudian menyentuh aspek lain dalam hidup masing-masing. Banyak program studi universitas yang menganalisis dan membandingkan sorotan mereka di media dan bahkan muncul perang merek. Cristiano mempromosikan Nike, Messi Adidas; Cristiano mengenakan Armani, Messi mengenakan Dolce & Gabbana; Cristiano mengenakan jam tangan Time Force, sedangkan Messi Audemars Piguet. Untuk kendaraan mereka, Cristiano mengisinya dengan Castrol, sedangkan Messi lebih suka Repsol. Pemain Madrid nomor 7 itu minum Soccerade, sementara bintang Barcelona nomor 10 menenggak Gatorade.

Menurut Sports Illustrated, Messi memenangi pangsa pasar finansial dengan menghasilkan €31 juta setahun, sedangkan Ronaldo "hanya" €27,5 juta. Namun, Ronaldo lebih unggul di media sosial dengan tiga juta "pengikut" di Twitter dan 30 juta fans Facebook, hanya sedikit di belakang bintang pop seperti Lady Gaga. Messi baru membuat akun Facebook musim semi 2011 dan sebagai hasilnya baru berhasil menghimpun tujuh juta penggemar..

Semua perbandingan ini memberikan satu pertanyaan, siapa yang terbaik? Pertanyaan ini dilontarkan ribuan kali ... Semua punya pendapat masing-masing.


Semua perbandingan ini memberikan satu pertanyaan, siapa yang terbaik? Pertanyaan ini dilontarkan ribuan kali di surat kabar, radio, televisi, blog, dan siapapun mulai dari pelatih, pemain, pengamat, dan fans awam yang meramaikan perdebatan. Semua punya pendapat masing-masing.

Ronaldo versus Messi memiliki tempat tersendiri sebagaimana layaknya sebuah derby klasik. Olahraga selalu diwarnai persaingan antara atlet, tim, negara, sebagaimana halnya perbandingan antara periode yang berbeda-beda dalam sejarah mereka. Memori menjadi elemen fundamental dalam olahraga dan membandingkan satu orang dengan yang lain merupakan kegemaran favorit yang selalu membagi pendapat masyarakat dunia.

Petinju Muhammad Ali dan George Foreman, pebalap Alain Prost dan Ayrton Senna, pebalap sepeda Gino Bartali dan Fausto Coppi, bintang tenis Bjorn Borg dan John McEnroe, pebasket Magic Johnson dan Larry Bird, pebalap motor Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, sprinter Carl Lewis dan Ben Johnson...

Tapi dalam sepakbola jarang ditemui seorang pemain dengan predikat "terhebat" yang bisa melampaui pemain lain yang biasa-biasa saja. Pele, Johan Cruyff, Diego Maradona, dan Alfredo Di Stefano tidak pernah dilampaui ketika dalam masa jaya masing-masing. Tapi sekarang muncul duel pribadi antara dua bintang yang sudah menjadi duel terhebat satu lawan satu sepanjang masa.

Tanggal 21 Mei 2008. Dua klub adidaya Inggris, Chelsea dan Manchester United, bertemu di final Liga Champions di Luzhniki Stadium, Moskow, setelah menyelesaikan pekan terkahir Liga Primer Inggris. Pada menit ke-26, Paul Scholes melewati pertahanan The Blues, Wes Brown memberikan umpan silang dan sundulan fenomenal Ronaldo ke pojok kanan gawang tidak mampu dijangkau oleh Petr Cech, membuat kedudukan menjadi 1-0 untuk United.

Setelah berumur 23 tahun dan bermain lima musim bersama The Red Devils, bocah dari Madeira ini telah menjadi seseorang yang visioner. Bukan itu saja, dia mempertahankan gaya bermainnya sejak masih seorang bocah kecil dari Madeira; berlari dari sisi lapangan, melakukan trik, melakukan operan, back-heel, melakukan sombrero chips. Dia juga mengembangkan perannya dalam bermain, menembak dengan kedua kaki, melakukan tendangan bebas, dan mencetak gol dari sundulan. Dia menadi pemain tim yang lebih baik. Final Liga Champions di bekas stadion Olimpiade ini bisa menjadi kesempatan yang sempurna untuk memperkuat status juaranya.

"Untuk menjadi yang terbaik di dunia, saya harus memenangkan gelar seperti Liga Primer dan Liga Champions," katanya sebelum pertandingan.  Semua sadar akan kesempatan yang dipertaruhkan ini. "Saya seorang pemenang, dan musim ini saya memimpikan gelar ganda. Jadi, kenapa tidak?"

Mimpi itu seolah-olah sudah berada di jalur yang benar. Cristiano bermain bagus di sayap dan membuka skor untuk United. Tetapi beberapa detik sebelum babak pertama usai, tendangan jarak jauh Michael Essien membentur dua pemain United dan Frank Lampard tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan sedikit keberuntungan, membentur dua pemain dan terpelesetnya Edwin van der Sar, skor menjadi sama kembali bagi kedua tim. Gol memberikan dorongan kepercayaan diri Chelsea dan sekarang Claude Makelele, Lampard, Michael Ballack, Ashley Cole, dan Essien membantu serangan. Cristiano tidak mendapatkan kebebasan dan kesempatan yang besar dari pasukan Avram Grant, manajer Israel yang mengambil alih jabatan Jose Mourinho.

Berkat Didier Drogba dan Lampard, final berlangsung heroik dan mengharukan. Setelah 120 menit skor tidak berubah dan permainan berjalan di bawah hujan deras. Carlos Tevez menjadi penendang penalti pertama dan tendangan penaltinya sukses serta membuat kedudukan 1-0 untuk United. Selanjutnya Ballack merubah skor adu penalti menjadi 1-1. Setelah itu Michael Carrick dan Juliano Belletti sukses melakukan penalti dan membuat kedudukan menjadi 2-2. Penendang ketiga Manchester United jatuh kepada pemain Nomor 7. Sepuluh hari sebelumnya, atau pada 11 Mei, Cristiano mencetak gol dari titik penalti, menghukum Wigan dan memberikan gelar juara ke-17 kepada United. Sebelumnya pada musim yang sama, ia gagal mengeksekusi penalti saat semi-final Liga Champions melawan Barcelona di Camp Nou. Tetapi komentator televisi Inggris juga tidak bisa lupa saat tendangan penaltinya dikonversi menjadi gol di Gelsenkirchen pada musim panas 2006 dan membuat Inggris gugur pada Piala Dunia tahun itu.
Pemain asal Portugal itu telah mencetak 42 gol dalam satu musim. Dia pemain favorit penonton dan semua mata pun memusatkan perhatian pada apa yang dia lakukan. Pemain terbaik dunia berhadapan dengan kiper terbaik di dunia, demikian komentar pengamat. Ronaldo mencium bola dan menempatkannya dengan hati-hati di titik penalti. Seperti biasa, dia meletakan tangannya di pinggul, menurunkan kepalanya, mengambil nafas dalam-dalam. dan menunggu peluit wasit. Dia berlari dan melakukan gaya ala pemain Brazil, yaitu gaya "paradinha", berhenti sebelum menendang bola untuk membingungkan kiper. Tapi Cech mengantisipasi gerakannya dan berhasil memblok tembakan Ronaldo.

Cristiano menutup wajah dengan kedua tangannya dan perlahan berjalan pergi, hancur. Banyak pemain hebat gagal melakukan tendangan penalti di saat-saat penting. Tapi bocah Madeira itu masih tidak tenang.


"Terselamatkan!" teriak komentator dari ujung mikrofon. Cristiano menutup wajah dengan kedua tangannya dan perlahan berjalan pergi, hancur, sementara Cech berjalan ke sisi gawang berganti giliran  dengan Van der Sar. Banyak pemain hebat gagal melakukan tendangan penalti di saat-saat penting, termasuk Roberto Baggio, Raul Gonzales, Michael Platini, dan Zico. Tapi bocah Madeira itu masih tidak tenang.

"Setelah gagal penalti, saya pikir kami akan kalah," kata CR7. "Saya pikir itu akan menjadi hari terburuk dalam hidup saya. Tapi meski saya melakukan kesalahan, rekan-rekan saya masih percaya kami bisa menang." Dan mereka melakukannya, berkat tendangan penalti yang sukses dari Owen Hargreaves, Nani, dan Giggs serta penalti Nicolas Anelka yang dapat diselamatkan oleh Van der Sar.

Kapten John Terry memiliki kesempatan untuk mengamankan kemenangan, tetapi ia tergelincir di lapangan yang becek dan tendangannya meleset, memberikan United kemenangan. Bek The Blues itu mengakhiri pertandingan dengan air mata frustrasi, sementara Ronaldo akhirnya mengeluarkan tangisan kebahagiaan. Rekan-rekan setimnya memburu ke arah gawang tempat Van der Sar merayakan kemenangan. Cristiano berada di sisi kotak penalti, menangis sambil menutup muka di rumput. Dia ingin menyendiri untuk menikmati saat yang paling indah dalam karier sepakbolanya selama ini. "Pada akhirnya itu adalah hari terindah dalam hidup saya," katanya kemudian.


Karir Sepakbola

karir muda (Junior)

1993–1995 -- Andorinha
1995–1997 -- Nacional
1997–2001 -- Sporting CP

karir senior (Professional)

2001–2003 -- Sporting CP -- 25 caps 8 Gol
2003–2009 -- Manchester United -- 196 caps 84 Gol
2009 – Present – Real Madrid - 40 caps 37 Gol

Tim Nasional

2001–2002 -- Portugal U17 -- 9 caps 6 Gol
2003 -- Portugal U20 -- 5 caps 1 Gol
2002–2003 -- Portugal U21 -- 6 caps 3 Gol
2004 -- Portugal U23 -- 3 caps 1 Gol
2003–Present -- Portugal -- 78 Apps 25 Gol

Penghargaan Yang Pernah Diraih

Klub

Manchester United
•Premier League: 2006–07, 2007–08, 2008–09

•FA Cup: 2003–04

•League Cup: 2005–06, 2008–09

•FA Community Shield: 2007

•UEFA Champions League: 2007–08

•FIFA Club World Cup: 2008


Real Madrid


•Piala Santiago Bernabeu

Individu


•UEFA Euro 2004 Team of the Tournament

•Bravo Award: 2004

•FIFPro Special Young Player of the Year: 2004–05, 2005–06

•Portuguese Footballer of the Year: 2006–07

•UEFA Team of the Year: 2003–04, 2006–07, 2007–08, 2008–09

•Sir Matt Busby Player of the Year: 2003-04, 2006-07, 2007-08

•FIFPro World XI: 2006–07, 2007–08, 2008–09

•PFA Young Player of the Year: 2006–07

•PFA Players' Player of the Year: 2006–07, 2007-08

•PFA Fans' Player of the Year: 2006–07, 2007–08

•PFA Premier League Team of the Year: 2005–06, 2006–07, 2007–08,

•UEFA Champions League Top scorer – 2007-08, 2008–09

•FWA Footballer of the Year: 2006–07, 2007–08

•Premier League Player of the Season: 2006–07, 2007–08

•Premier League Player of the Month: November 2006, December 2006,January 2008, March 2008

•Premier League Golden Boot: 2007–08

•Barclays Merit Award: 2007–08

•European Golden Shoe: 2007–08

•UEFA Club Forward of the Year: 2007–08

•UEFA Club Footballer of the Year: 2007–08

•FIFPro World Player of the Year: 2007–08

•FIFA Club World Cup Silver Ball: 2008

•Ballon d'Or: 2008

•FIFA World Player of the Year: 2008

•Onze d'Or: 2008

•World Soccer Player of the Year: 2008

•FIFA Ferenc Puskás Award: 2009.



sumber:goal.com